Postingan

SUSUNAN PEMERINTAHAN ISKANDAR MUDA

Gambar
by Adi Fa ( Adi Fa ) Berdasarkan sebuah manuskrip di Museum Negeri Aceh di dalamnya terdapat susunan pemerintahan pada masa sultan Iskandar Muda. Di dalam manuskrip itu disebutkan bahwa ada 24 buah lembaga atau jabatan, yang namanya masing-masing sebagai berikut:   1. Keureukon Katibul Muluk atau Sekretaris Raja. 2. Rais Wazirat Addaulah atau Perdana Menteri. 3. Wazirat Addaulah atau Menteri Negara. 4. Wazirat Al Akdham atau Mengeri Agung. 5. Wazirat Al Harbiyyah atau Menteri Peperangan. 6. Wazirat Al Haqqamiyah atau Menteri Kehakiman. 7. Wazirat Ad Daraham atau Menteri Keuangan. 8. Wazirat Al Mizan atau Menteri Keadilan. 9. Wazirat Al Maarif atau Menteri Pendidikan. 10. Wazirat Al Khairijiyah atau Menteri Luar Negeri. 11. Wazirat Addakhilyaah atau Menteri Dalam Negeri. 12. Wazirat Al Augaf atau Menteri Urusan Waqaf. 13. Wazirat Azzirah atau Menteri Pertanian. 14. Wazirat Al Maliyyah atau Menteri Urusan Harta. 15. Wazirat Al Muwashalat at

LEUNG BATA

Gambar
by Adi Fa ( Adi Fa ) Padahari itu tanggal 1 desember 1874 api perperangan sedang berkobar di leung bata. Leung bata jatuh ke tangan kaphe Belanda. Tetapi sang imam leung bata masih hidup dan tdk takluk kepada Kaphe Belanda. Dengan jatuh nya leung bata orang aceh memmang mendapat pukulan telak. Rakyata leung bata tdk sekalupun hendak kembali ke lampung nya yg telah di hancurkan oleh belanda. Mareka mengik uti sang imam. Mreka sama sama mencari perlindungan dan tempat kediaman yg lain. Disana mareka kembali mengasah klewang yg nanti pasti alan di gunakan lagi. Runtuhan kampun leung bata telah bercerita bahwa jenazah sultan aceh hanya dapat dimakam disana untuk sehari saja.  Sang imam dalam pidato pidato nya sering memberi nasehat yg berbunyi;   Klo kampung halaman mu dapat dirampas dan diduduki kaphe. Jangan lah kamu berdiam diri. Kamu harus bersikap tegak dan melangkah pd saat itu juga.   Nasehat ini lah yg dipegang teguh oleh penduduk leung bata. Mareak serentak menin

PERANG PANJANG YG MELELAHKAN

Gambar
by Adi Fa ( Adi Fa ) Pada tanggal 23 Maret 1873, ekspedisi pertama Belanda tiba dipelabuhan Kerajaan Atjeh. Kapal itu tiada berlabuh pada tempat biasa, tetapi jauh dari tepi pantai dan disebelah Barat sungai Atjeh. Komisaris menulis sepucuk surat kepada Sultan meminta supaja mengaku kedaulatan Belanda dan jangan melawan. Surat itu dibawa Sultan kedalam sidang keradjaan di Istana. Ada jang mengusulkan supaja berdamai sadja dengan Belanda, mengingat Atjeh kekurangan alat perang dan tiada mempunjai kapal dilaut. Tetapi Imum Lueng Bata, jang terkenal bidjak dan mempunyai gelar „cempala Radja" menegaskan: „Benar kita lemah dan tiada mempunjai kapal perang dilaut, untuk mengusir musuh pada tempat-tempat jang lain. Tetapi sekarang ia sudah datang kemari, mendekati kita, maka tak boleh sekali-kali kita tolak. Buatku tak ada damai', jang pandjang aku potong tiga dan jang pendek aku potong dua". radja bertanya kepada Panglima Polem dari Sagi XXII, jang memberi ja